10 Juli 2017

Siapa Yang Pantas Kita Idolakan?


credit

Postingan ini sebenarnya bentuk reaksi saya yang telat akan hari patah hati akhwat nasional hari jumat yang lalu. Wessh... seberapa ngehits kah Muzammil hingga para akhwat membuat gerakan massal? Ah, kayak sendirinya nggak ngefans? Lol

Semenjak Muzammil terkenal karena menjadi imam muda dan suaranya yang merdu ketika membaca Al quran, saya termasuk yang mengidolakannya. Hihihi. Saya sampai nyari-nyari linknya di youtube dan bela-belain buat download. Tapi sueerrr, saya hanya suka suaranya yang bikin meelting dan merinding. Selebihnya tidak. Nanti dipecat jadi istri sama Pak Suami. Selain itu, kehadiran Muzammil menjadi angin segar bagi kaum muda yang saat ini kekurangan sosok panutan.

Sosok Muzammil yang soleh pasti membuat banyak akhwat mengidolakannya dan tak sedikit yang mengharapkannya. Pengalaman. Dulu sebelum menikah saya juga sempat mengidolakan seseorang, sebut saja Mr. S. Dia seorang penulis buku, motivator, dan pengusaha muda. Siapa yang tak suka? Kemudian ketika tersiar kabar pernikahannya, saya sempat limbung dan nelongso. Ya Allah. Tapi kemudian saya sadar, kalau harapan saya pada Mr. S adalah sebuah kekonyolan dan angan-angan belaka. Betapa tidak? Kenal pun nggak! Usaha untuk minta dinikahi pun nggak! Ya jangan harap.

Dari kejadian-kejadian ini seharusnya kita, khususnya para muslimah, bisa mengambil banyak pelajaran. Terkait dengan idola, entah itu terkait dengan siapa yang kita idolakan atau seperti apa sikap kita pada sosok yang kita idolakan, islam memiliki rambu-rambunya sendiri.

Islam tidak melarang kita untuk mengidolakan seseorang. Hanya saja Rasulullah SAW pernah bersabda,

Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai..”

Dari hadits ini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa orang yang kita cintai atau kita idolakan haruslah seseorang yang bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Karena sosok yang kita idolakan akan membawa pengaruh bagi diri kita dan tanpa sadar akan menjadi panutan bagi kita. Karena itulah Rasulullah mengatakan. “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai..”

Pasti tahu kan seorang gadis yang sangat menyukai barbie dan rela mem-vermak dirinya menjadi seperti barbie? Atau tahu dong anak-anak abege yang nangis-nangis ketika bisa bertemu dan dipeluk oppa asal korea-nya? Atau para akhwat yang patah hati ketika muzammil menikah? Yah, fenomena-fenomena tadi membuktikan bahwa sosok idola akan berpengaruh pada diri seseorang.

Jadi, sebagai muslimah yang menginginkan posisi terbaik di akhirat nanti, sudah tentu kita tahu sosok seperti apa yang patut kita idolakan.

Tapi tak cukup dengan mengidolakan sosok yang shalih, kita juga harus terhindar dari sikap yang salah ketika mengidolakan seseorang. Jangan mentang-mentang ngefans sama muzammil, eh, folder di notebook penuh dengan foto muzammil bahkan wallpapernya pun muzammil. Aduuuuhh. Malah jadi dosa kan ujungnya. Melihat yang bukan hak kita.

Bagi saya, ketika mengidolakan seseorang cukuplah kebaikan dan kelebihannya yang kita sukai. Hal ini sebagai modal bagi kita untuk berusaha menjadi baik seperti dirinya atau mungkin lebih baik darinya.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.”


Atau kalau diam-diam mengharapkan idola kita menjadi pasangan kita, berusahalah untuk minta dinikahi olehnya, daripada hanya menjadi angan-angan? Kan malu atuh, teh! Ya kalau malu mah nggak usah baper dan patah hati kalau dia nikah sama orang lain. Hihihi.

Sebenarnya, kalau mau lebih aman, lebih baik kita mengidolakan sesama jenis saja. Eh, bukan LGBT loh yah. Kan banyak neng, sosok perempuan inspiratif yang bisa kita jadikan panutan. Hal ini tentu akan menunjang peran kita sebagai seorang muslimah, istri dan ibu yang baik. Memangnya Muzammil bisa memberi tauladan untuk menjadi istri dan ibu yang shalihah?

Eh, siapa idolamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejakmu di sini :)
Thanks for coming